Sabtu, 23 Januari 2016

[ANIME] Setelah Nonton Strike The Blood dan Genre Harem yang Laknat

Bagi yang udah familiar dengan ceria strike the blood mungkin akan lebih mengerti dengan postingan saya. Mencari review dari anime ini disini bukanlah hal yang tepat, karna kamu ga kan ngerti sebelum nonton animenya atau minimal tau sebagian besar ceritanya, karna ini bisa dibilang post lanjutan dari review. Saya ga bikin review, silahkan cari di blog lain.
Sebelum lanjut dengan postingan yang lain mungkin saya sedikit beruneg uneg sebentar. Kemaren saya nonton Strike the Blood yang katanya memiliki heroine yang menyebalkan dengan selalu bilang “iie sempai”. Pertama kali dengar ada heroine begini dari teman saya, hal pertama yang saya lakukan adalah tertawa. Ga kepikiran akan menonton nih anime ke depannya. Selang 2 tahun kemudian tepatnya hari ini, tepat saat saya merasa saya mulai menyukai suara taneda shi, saya piir ga ada salahnya coba dengan 6 episode awal. Ternyata lumayanlah. Lalu makin lama makin keluar haremnya si kojo, ceritanya makin echi. Dan kujo nya juga makin dence membuat saya ingin drop menontonnya. Tapi saya berusaha bertahan. Bosan dengan setiap 4 episode akan muncul satu atau dua harem baru akhirnya saya tancap gas dari episode 12 ke 21 ampe 24. Dan saya pun mulai berpikir ini cerita yang lumayan kok.
Sampai di ending saya mulai berpikir berbeda dari penonton kebanyakan. Saat mereka membenci prase “iie sempai” itu keluar dari mulut yukina, saya lebih membenci prase “kambenshitekure” dari kojo sebagaimana saya membenci prase “fukoda” dari anime harem terdahulu.
Tapi sialnya ga sampai disana, saya bukan tipe penikmat yang hanya nonton sampai di anime, pasti nanti saya cari tau di forum soal apa yang janggal diotak saya. Kali ini yang bikin saya janggal, kijo pnya dua anak cewek dari 2 cewek. Artinya ini ga berakhir dengan single romance melainkan 2 atau harem ending, kalau harem tanpa couple sih saya ga masalah, tapi ini dia poligami. Gila aja, setelah tau nanti endingnya akan begini saya mulai menyesal mengikuti series ini.
Saya, cewek, terang aja harem ending terasa tidak mengenakkan bagi kaum cewek makanya saya benci harem ending. Beda dengan cowok yang mungkin harem ending adalah impian mereka (impian cowok buaya, hidung belang, playboy, echi hentai, sukebe, dll yang sejenis).
Ini untuk yang kesekian kalinya saya merasa sangat kecewa dengan ending LN (walau strike the blood belum ending tapi kan ending romance nya udah Nampak). Sampai pada titik ini saya jadi begitu membenci anime harem. Saya benar benar g mau lagi berurusan dengan genre laknat macam harem lagi. Mungkin bsa dibilang trauma. Saat ini saya juga lagi ngkutin manga harem, saat nih series tamat nanti, kalau memberikan single couple mungkin trauma saya pada genre harem akan sedikit berkurang, tapi jika nih manga harem ending lagi atau ngasih twised g jelas. Say goodbye to harem forever.
Mungin lebh baik dan alangkah baiknya saya mengikuti alur pada umumnya saja dari pada mencoba memasuki dunia yang sbenarnya bukan area saya. Alur yang saya maksud adalah baca manga shoujo  atau josei aja karna emang peruntukannya buat cewek dan mengerti apa yang cewek rasakan, dan nonton anime shojo aja biar hati adem liat kisah romance yang indah. Kalau harem hanya lontaran nafsu dan kumpulan b*tch aja yang mangkal disana, benar benar tidak enak untuk santapan batin.

Karna ini membicarakan stike the blood dan ending yang poligami, mungkin saya akhiri juga dengan tema ini. buat cowok mungkin ini tontonan yang bagus dan layak dapat ganjaran season 2, bagi saya ini hanya seperti merendahkan cewek aja karna cewek cewek disini hampir semuanya b*tch. Emang sih ada semboyan “waifu lu l@c*r”, mungkin karna itu kali heroine heroine di anime harem banyak yang j*l*ng. ah, menonton strike the blood dan harem lainnya sedikit membuat saya mengerti tentang arah pikir laki laki, dan ternyata yang mereka pikirkan adalah sesuatu yang saya anggap “BAHAYA”. Andai saja authornya ga ngasih tau ending romance nya macam apa, tentu menurut saya akan lebih baik, karna open ending di anime lebih mengenakkan daripada poligami di akhir LN. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

saya akan lebih senang jika kamu menyematkan nama kamu di kolom komentar, menurut saya "anonim" bukanlah sebuah nama.